Homo Homini Lupus. tidak......, tidak......, aku tidak setuju dengan Sigmund Freud. Bagiku wanita adalah keindahan. Bagiku wanita adalah kehidupan. Bagiku wanita adalah kenangan tak terlupakan. Dan manusia saling membutuhkan, tidak untuk saling memakan.
Kuhisap rokokku dalam-dalam dan tanpa terasa tinggal sebatang. sialan...dompetpun sudah menipis. Pandanganku menerawang, seolah mau menembus segala yang ada di depanku. Menembus batas-batas budaya, menembus batas-batas negara, menembus segala batas yang tidak perlu dan tidak rasional.
Linda , ya Linda adalah gadis cantik itu. Nama itu berarti muda, dan memang aku tidak percaya kalau dia akan beranjak tua. Kulitnya halus dan putih bersih. Oh dewi mana yang mampu menandinginya. Gadis yang ke….mmhhhhhh. Aku tak tahu lagi. Yang aku tahu dia adalah gadis yang sempurna, gadis terakhir yang aku tinggalkan.
Kuambil gitar tua di sudut jendela kamarku. Kamar yang menghadap hutan belantara, yang selalu mengingatkanku akan jauhnya perjalanan yang harus masih kutempuh. Harus......harus.......harus........ya itu memang keharusan. Hatiku mengatakan demikian. Kupetik pelan2 dan kunyanyikan lagu Country Road, take me home....take me home......to the place I belong....
"Mas, jangan tinggalkan aku sendiri, aku tidak punya siapa-siapa selain Mas". Hanum menangis. Air mata beningnya mengalir di pipinya yang selembut sutra, lebih lembut lagi kukira.
Aku memandangi wajahnya. Lidahku kelu, serasa berton-ton es menempel di lidahku. Aku kedinginan di panasnya summer.
Kupeluk dia, mmmmhhhhh. Aku tak tahu, benar-benar tak tahu, apa yang musti kulakukan, apa yang harus kukatakan. Aku masih mencintainya, tapi aku harus pergi menjemput impian-impianku selama ini, mencoba mengisi otakku dengan hal yang lebih berguna.
I can't blame anyone for this situation, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Lauh Mahfudh sudah terbuka dan siap dibaca, dan aku hanya bisa bernafas menerimanya. Menyalahkan wanita-wanita yang meninggalkanku ataupun yang aku tinggalkan pun tidak mungkin. Mbrebes mili mereka meninggalkanku, remuk redam mereka aku tinggalkan.
Mmmmmhhhhh…. Kerinduanku pada Hanum membara lagi. Hatiku telah terlukis namanya mungkin. Di antara wanita-wanita yang datang pergi, hanya dia yang kurindukan. Hanya cintanya yang masih membuatku insomnia mendadak. Hanya suaranya yang mampu menentramkan hatiku yang kalut.
No comments:
Post a Comment