Saturday, March 26, 2011

karya ilmiah wisata desa tanjung Yogyakarta

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penulisan Karya Ilmiah ini adalah sebagai laporan dari Wisata Desa yang telah dilakukan oleh siswa SMA Negeri 35 Jakarta Pusat kelas XI pada tanggal 17 s.d. 21 Desember 2008 di Yogyakarta.
Adapun hasil penelitian-penelitian dari kunjungan maupun observasi kebeberapa tempat wisata yang ada disekitar Yogyakarta juga menjadi salah satu topik dari Karya Ilmiah ini. Kunjungan-kunjungan dan observasi kebeberapa tempat wisata seperti Candi Borobudur, Universitas Diponegoro, Wisata Petik Salak, Wisata Membatik dan kegiatan-kegiatan lain yang diadakan diluar akan kami jabarkan dalam Karya Ilmiah ini.

1.2 Tujuan
Tujuan utama dari pembuatan Karya Ilmiah ini adalah untuk mendeskripsikan laporan tentang Wisata Desa yang telah dilakukan dan juga sebagai tugas sekolah yang wajib dikumpulkan.
Selain itu penulisan Karya Ilmiah ini juga memberikan informasi kepada para pembaca mengenai hal-hal yang penting dan mungkin berguna bagi sebagian orang khususnya bagi diri saya sendiri.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Desa Tanjung
Dengan menggunakan bus sekitar 14 jam waktu perjalanan dari Jakarta akhirnya saya bersama rombongan siswa kelas XI SMA Negeri 35 Jakarta sampai ke desa Tanjung yang letaknya ±560 km dari Jakarta.
Saya bersama rombongan siswa SMA Negeri 35 Jakarta sampai ke Desa Tanjung pada tamggal 18 Desember 2008 kira-kira pukul 18.15 sore. Saat kami sampai disana kami langsung disambut oleh penduduk setempat dan dijamu dengan makanan khas Jawa. Banyak sekali makanan-makanan ringan yang disuguhkan. Salah satunya adalah wajik. Wajik merupakan makanan khas Jawa yang terbuat dari ketan, gula merah dan kelapa. Makanan disana rata-rata manis-manis sekali, sebagian besar makanan menggunakan gula merah sebagai salah satu dari bahannya. Saya mengambil segelas wedang untuk menghangatkan badan.
Setelah itu kami diundang ke Joglo untuk berkumpul dan perkenalan dengan penduduk setempat. Disana kami berdoa bersama dan menyantap makan malam bersama. Makanan disana sangat unik dan bervariasi, setiap makanan mengandung makna tertentu dan dianggap sebagai kepercayaan penduduk setempat. Setelah makan malam selesai kami dipertunjukan oleh kesenian-kesenian khas sana. Seperti kesenian kuda lumping dan pek bung. Setelah acara itu selesai barulah homestay dibagikan, saya bersama keenam teman saya beruntung sekali bisa mendapatkan pemilik homestay yang ramah.
Pada siang harinya kami mengadakan outbond. Banyak game-game menarik yang telah disiapkan oleh panitia. Seperti flying fox, tracking alur sungai dan bermain rakit disungai. Hal yang paling mengesankan menurut saya pada saat didesa Tanjung adalah pada saat melakukan outbond. Karena pada saat itu saya merasa senang sekali, bermain permainan yang menyatu dengan alam dan tradisional. Tidak seperti di Jakarta yang setiap harinya saya selalu mengandalkan barang-barang elektronik sebagai hiburan.
Tak terasa waktu sudah siang, karena hari itu hari Jum’at maka bagi kaum laki-laki mengadakan shalat Jum’at di mesjid-mesjid dan mushalla. Wisata Petik Salak dan Wisata Batik merupakan acara kita hari ini. Setelah shalat Jum’at kami bersiap-siap untuk pergi ke kebun salak dan tempat pembuatan batik. Di kebun salak siswa boleh memetik dan memakan salak semaunya. Tetapi, apabila dibawa keluar dikenakan biaya sesuai dengan berat salak yang diambil. Kemudian kami melanjutkan ke tempat pembuatan batik. Disana banyak sekali dijelaskan tentang batik. Mulai dari proses pembuatan batik, motif-motif batik, jenis-jenis batik hingga alat-alat dan bahan yang digunakan untuk membuat batik. Kemudian kami pulang ke homestay setelah melakukan acara tersebut.
Malam harinya kami berkumpul lagi di joglo untuk makan malam bersama dan beramah-tamah. Acara dilanjutkan dengan karaoke tiap kelas dan membakar api unggun. Pada saat api unggun dinyalakan dan lampu-lampu dimatikan kami berdoa bersama dengan penuh khitmad. Rasanya pada saat-saat seperti itu melupakan saat-saat yang paling berkesan bagi saya. Saya sangat terbawa oleh suasana pada malam itu. Udara dingin yang menyelimuti kami tidak terasa karena api unggun. Setelah itu, kami menuju ke homestay masing-masing dan bersiap untuk tidur.
Pagi harinya merupakan hari terakhir bagi kami karena kami harus berpamitan untuk pulang kerumah. Tetapi sebelum itu, kami mengadakan acara wisata yang terakhir yaitu wisata sawah. Disawah kami diajarkan untuk menanam padi, membajak dan mencangkul. Tetapi sebelum itu berakhir, kami semua sudah bermain lumpur. Anak-anak dan guru-guru terlihat bahagia sekali rasanya. Badan dan pakaian kami penuh lumpur, akhirnya kami pun pergi ke kali untuk membersihkan diri dan mencuci pakaian kami.
Setelah acara tersebut selesai kami kembali ke homestay untuk berkemas dan pamitan. Kami berkumpul di lapangan untuk berdoa agar selamat sampai tujuan dan berpamitan kepada penduduk desa Tanjung. Saya sangat senang sekali bisa tinggal disana walaupun cuma sebentar seklali rasanya. Akhirnya, kami semua bersalam-salaman dan naik ke bis masing-masing untuk melakukan perjalanan pulang ke Jakarta.
Tetapi sebelum itu, kami singgah dulu di sebuah toko untuk membeli kue yang bernama Bakpia. Bakpia Pathuk merupakan makanan khas Yogyakarta. Kami singgah cukup lama karena banyak sekali yang membeli. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju Kaliurang dan Malioboro. Di Kaliurang, kami hanya diberi waktu 2 jam. Rasanya sangat kurang sekali untuk melihat dan merasakan keindahan alam disana. Di Malioboro kami semua berbelanja untuk oleh-oleh ke Jakarta nanti. Banyak sekali barang-barang khas Yogyakarta disana, bentuknya unik-unik dan tradisional. Kami di Malioboro kira-kira sampai pukul tujuh malam. Kemudian kami melanjutkan tujuan akhir yaitu Jakarta.






2.2 Keanekaragaman Ekosistem Desa Tanjung
Di desa Tanjung saya mengadakan beberapa penelitian dan observasi mengenai lingkungan di desa tersebut dan sekitarnya. Saya pun melihat banyak sekali keanekaragaman di desa itu, salah satunya mengenai tanaman. Saya pun akhirnya meneliti beberapa jenis tanaman di Desa Tanjung tersebut.
Akhir-akhir ini penggunaan pupuk bagi tanaman adalah suatu keharusan bagi para petani. Pupuk memang banyak sekali membantu dalam pertumbuhan tanaman contohnya, untuk memepercepat pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat cepat dipanen. Contoh lainnya adalah untuk memperbanyak buah, tanaman yang diberi pupuk akan menghasilkan buah yang lebih banyak daripada tanaman yang tidak diberi pupuk.
Tetapi dibalik kelebihan-kelebihannya, pupuk juga menghasilkan dampak negatif bagi lingkungan maupun tanaman itu sendiri. Tanaman yang diberi pupuk terkadang menghasilkan sedikit buah bahkan tidak sama sekali. Seperti penggunaan pupuk urea, pupuk tersebut menyebabkan jumlah pohon banyak tetapi tidak sedikit atau tidak memiliki buah sama sekali. Penggunaan pupuk yang berlebihan akan menyebabkan tanaman memiliki zat kimia yang lebih banyak. Apabila tanaman tersebut dikonsumsi oleh kita maka, zat kimia tersebut akan masuk kedalam tubuh dan itu berbahaya bagi kesehatan. Dampak negatif lainnya juga berpengaruh pada lingkungan. Biasanya sampah-sampah dedaunan menjadi salah satu kendala dalam penggunaan pupuk. Tetapi kekurangan penggunaan pupuk juga menyebabkan pohon menjadi layu dan kurang segar. Sebaiknya dalam pertanian dan perkebunan kita menggunakan pupuk yang alamiah seperti pupuk kandang yang dibuat dari kotoran-kotoran hewan. Pupuk tersbut tidak berdampak negatif bagi lingkungan maupun tanaman tersebut.
Penggunaan pupuk pada tanaman juga mempengaruhi kualitas tanaman dan ketahanan tanaman tersebut pada hama. Padi unggul tahan wereng merupkan salah satu jenis padi yang tahan akan serangan hama wereng, meskipun begitu sekuat-kuatnya tanaman tersebut akan serangan hama tetap saja akan kalah. Oleh karena itu tanaman perlu zat untuk melawan hama yaitu pestisida. Penggunaan pestisida juga perlu pengawasan dan dosis yang tepat. Pestisida biasanya disemprotkan ke tanaman. Untuk penggunaan 1 hektar tanah diperlukan campuran 1 liter pestisida dan 14 liter air. Hama yang dapat ditangani oleh pestisida contohnya antara lain hama wereng, ulat, ular, tikus dan serangga-serangga lainnya. Pestisida yang digunakan juga harus berdampak positif terhadap kualitas padi. Sama halnya dengan pupuk, penggunaan pestisida juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan tanaman itu sendiri. Pencemaran air dan tanah contohnya, limbah yang dihasilkan dari sisa pembuangan pestisida dapat membahayakan keselamatan hidup biota yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, perlu sekali penanganan yang khusus dalam menggunakan pestisida.
Jenis-jenis hewan yang dapat dikonsumsi didesa ini antara lain sapi, kambing, bebek, ayam dan ikan. Biasanya hewan-hewan tersebut juga diternakan dan sebagian dijual atau digunakan untuk kebutuhan lainnya seperti membajak sawah, untuk diambil susunya, dan diambil telurnya. Jenis tanaman juga banyak sekali didesa ini. Sawah terbagi menjadi 2 yaitu, sawah basah dan sawah kering. Sawah basah ditanami oleh padi sedangkan sawah kering ditanami oleh tanaman palawija (jagung, kedelai, gandum, kacang-kacangan, dll). Jenis padi juga lumayan banyak didesa ini antara lain padi unggul, C4, C64, rojolele, pandan wangi dan pb6.






2.3 Kependudukan dan Struktur Pemerintahan Desa Tanjung
Desa Tanjung merupakan desa yang memiliki partisipasi politik yang subjektif yang artinya penduduk masih kurang dalam keterlibatan politik. Desa tersebut dipimpin oleh seorang Kades (Kepala Desa). Kades tersebut dipilih sesuai pilihan warga dan bersifat musyawarah. Pilihan tersebut berdasarkan hasil suara terbanyak (voting).

Berikut merupakan bagan struktur pemerintahan Dusun :





Angka pertumbuhan penduduk desa tanjung ± 0,5%. Dengan angka kelahiran 4/5 dan angka kematian 2/3. Desa ini memilikia beragam jenis penduduk jika dilihat dari segi pendidikan dan segi pekerjaan.


Berikut data-data penduduk dari Desa Tanjung :

A. Jumlah Penduduk
6 - 12 53
13 - 15 35
16 - 19 28
> 19 229


B. Latar Belakang Pendidikan
SD SMP SMA Diploma Sarjana Pascasarjana Doktor
105 31 65 43 20 2 -


C. Pekerjaan
Buruh Tani Pedagang Petani Buruh Pabrik Usaha Jasa Wiraswasta PNS Karyawan Perusahaan
93 12 63 28 9 13 29 4







2.4 Seni Batik
Di zaman sekarang batik merupakan salah satu seni yang populer karena, seni tersebut dapat dijadikan bisnis dan juga batik dapat dipakai sendiri. Batik adalah teknik membuat motif diatas media kain atau kayu dengan menggunakan cairan malam/lilin/parafin dan menggunkan alat yang bernama canting.
Di Indonesia sendiri, banyak sekali motif-motif yang beredar dipasaran. Daerah penghasil batik antara lain Yogyakarta, Cirebon, Solo, Pekalongan dan Bantul. Salah satu yang beredar dan populer adalah batik Yogyakarta. Batik tersebut mempunyai warna yang khas antara lain merah, coklat dan hitam. Pewarna yang digunakan ada dua macam, pewarna buatan dan pewarna alami. Pewarna buatan adalah pewarna yang menggunakan bahan-bahan kimia sedangkan pewarna alami adalah pewarna yang dibuat dari bahan-bahan alam langsung. Contohnya adalah dari tanam-tanaman. Antara lain daun indigo, tujuk indigo, nila dan lain-lain. Selain itu ada juga prada yang berfungsi sebagai penghias kain yang sudah dibatik. Prada merupakan cairan emas yang ditorehkan ke kain yang sudah dibatik untuk mempercantik hasil batikan.
Jenis kain yang biasa digunakan untuk membatik antara lain katun mori, katun tenun ATBM, kain sutra Cina, dan kain sutra ATBM. Model batik ada dua macam yaitu batik tradisional dan batik modern. Perbedaannya adalah hanya pada motifnya. Motif batik tradisional telah tersedia contohnya adalah motif kawang dan parangrusak. Sedangkan batik modern motifnya kontemporer (sesuai imajinasi).
Berdasarkan pembuatannya batik dibagi menjadi tiga bagian yaitu, batik tulis, batik cap dan batik kombinasi.



2.4.1 Batik Tulis
Batik tulis merupakan batik yang dibuat dengan menggunakan canting dan dikerjakan langsung dengan cara menggambarnya dengan tangan. Canting yang digunakan juga terdiri dari berbagai jenis sesuai dengan manfaatnya. Canting klowok berfungsi membuat garis luar (outline), canting cecek berfungsi untuk membuat titik dan canting tembok berfungsi untuk menutupi permukaan kain untuk diwarnai. Batik tulis mempunyai ciri yang khas yaitu, warnanya sangat terang dan tembus depan belakang. Biasanya batik tulis lebih tahan lama warnanya disbanding batik cap.

2.4.2 Batik Cap
Batik cap adalah pembuatan batik yang menggunakan lempengan tembaga sebagai cap. Lempengan tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk cetakan yang berfungsi sebagai cap. Kemudian lempengan tersebut dicelupkan kedalam wadah yang berisi malam dan dicapkan ke kain. Batik cap biasanya kurang tahan lama dan cepat pudar warnanya dibanding dengan batik tulis.

2.4.3 Batik Kombinasi
Batik kombinasi merupakan perpaduan dari batik tulis dan batik cap. Pertama-tama batik dicap terlebih dahulu kemudian barulah batik tersebut ditulis dengan motif-motif yang diinginkan.


2.4.4 Proses Pembuatan Batik
Langkah yang pertama dalam pembuatan batik adalah membuat desain motif. Motif dibuat terlebih dahulu sebelumnya, setelah motif dibuat barulah motif tersebut dipindahkan keatas kain. Setelah itu malam dilelehkan kemudian dimasukkan kedalam canting. Malam di torehkan ke atas kain yang telah digambar motif. Kemudian setelah malam telah ditorehkan semua ke kain, barulah kain direbus kedalam air panas untuk menghilangkan lilinnya. Kain direbus sampai warnanya tampak. Kemudian kain tersebut dijemur hingga kering.
Proses pembuatan batik dengan cap hampir sama dengan proses pembuatan batik dengan menggunakan canting. Bedanya, proses pembuatan batik dengan cap tidak perlu digambar terlebih dahulu desain dan motifnya karena, motif tersebut telah tergambar pada lempengan tembaga yang digunakan sebagai cap untuk menorehkan malam ke permukaan batik.
Lamanya waktu untuk membuat sebuah batik bergantung pada jumlah warnanya dan dengan menggunakan alat apa batik tersebut dibuat. Untuk membuat batik 3 warna kira-kira dibutuhkan waktu 1 bulan dan untuk membuat batik 7 warna kira-kira dibutuhkan waktu 4 bulan.
Batik maksimal mempunyai 7 warna karena dipertimbangkan oleh kekuatan kainnya. Semakin banyak warnanya maka semakin sering pula ia direbus kedalam air panas dan itu menyebabkan kain menjadi rapuh apabila direbus terlalu sering. Oleh karena itu, warna batik dibatasi sampai 7 warna. Pembuatan batik dengan metode tulis juga memakan waktu lebih lama dibanding dengan menggunakan cap karena, batik tulis harus memerlukan ketelitian tinggi dalam membuatnya.


2.4.5 Daftar Harga Peralatan dan Bahan Pembuat Batik

Nama Barang Harga Barang
Kompor Kecil Rp 25.000,-
Canting Rp 4000
Malam Rp 25.000,- / kg
Soda Ask Rp 15.000,-
Wajan Kecil Rp 15.000,-
Mori Rp 15.000,- / m
Primisima Rp 18.000,- / m
Polisima Rp 14.000,- / m







2.5 Candi Borobudur
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Candi Borobudur memiliki sekitar 504 patung Buddha dan 73 stupa.

2.5.1 Nama Borobudur
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan, pendiri Borobudur adalah raja dari dinasti Syailendra bernama Samaratungga sekitar 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad.

2.5.2 Struktur Borobudur

Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
Borobudur yang bertingkat sepuluh menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana. bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga orang masih dapat melihat relief pada bagian ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak pernah ada patung pada stupa utama, patung yang tidak selesai itu merupakan kesalahan pemahatnya pada jaman dahulu. menurut kepercayaan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang tidak boleh dirusak. Penggalian arkeologi yang dilakukan di halaman candi ini menemukan banyak patung seperti ini.
Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda ketika itu.
Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur mandala. Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.

2.5.3 Relief
Di setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi. Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain relief-relief cerita jātaka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan berakhir di sebelah kanan pintu gerbang itu. Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah tangga naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Adapun susunan dan pembagian relief cerita pada dinding dan pagar langkan candi adalah sebagai berikut.
Bagan Relief
Tingkat Posisi/letak Cerita Relief Jumlah Pigura
Kaki candi asli - ----- Karmawibhangga
160 pigura
Tingkat I - dinding a. Lalitawistara
120 pigura
------- - ----- b. jataka/awadana
120 pigura
------- - langkan a. jataka/awadana 372 pigura
------- - ----- b. jataka/awadana 128 pigura
Tingkat II - dinding Gandawyuha
128 pigura
-------- - langkan jataka/awadana 100 pigura
Tingkat III - dinding Gandawyuha 88 pigura
-------- - langkan Gandawyuha 88 pigura
Tingkat IV - dinding Gandawyuha 84 pigura
-------- - langkan Gandawyuha 72 pigura
-------- Jumlah -------- 1460 pigura


Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara singkat bermakna sebagai berikut :

Karmawibhangga

Salah satu ukiran Karmawibhangga di dinding candi Borobudur (lantai 0 sudut tenggara)
Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut menggambarkan hukum karma. Deretan relief tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi pada setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab akibat. Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik manusia dan pahala. Secara keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk menuju kesempurnaan.
Lalitawistara
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan merupakan riwayat yang lengkap ) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras. Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan, setelah melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi timur. Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha. Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang berakhir dengan wejangan pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti "hukum", sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.
Jataka dan Awadana
Jataka adalah cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga. Sesungguhnya, pengumpulan jasa/perbuatan baik merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana. Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa dibedakan. Himpunan yang paling terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.



Gandawyuha
Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana. Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya berdasarkan cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari.

2.5.4 Tahapan pembangunan Borobudur
Tahap pertama
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.
Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.
Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
Tahap keempat
Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan tangga dan lengkung atas pintu.


2.5.5 Ikhtisar waktu proses pemugaran Candi Borobudur



Foto pertama Borobudur dari tahun 1873. Bendera Belanda tampak pada stupa utama candi.
1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur. Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.
1873 - monografi pertama tentang candi diterbitkan.
1900 - pemerintahan Hindia Belanda menetapkan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran hingga tahun 1911.
1926 - Borobudur dipugar kembali, tapi terhenti pada tahun 1940 akibat krisis malaise dan Perang Dunia II.
1956 - pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO. Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Borobudur.
1963 - pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keputusan untuk memugar Borobudur, tapi berantakan setelah terjadi peristiwa G-30-S.
1968 - pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju untuk memberi bantuan untuk menyelamatkan Borobudur.
1971 - pemerintah Indonesia membentuk badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.




Batu peringatan pemugaran candi Borobudur dengan bantuan UNESCO
1972 - International Consultative Committee dibentuk dengan melibatkan berbagai negara dan Roosseno sebagai ketuanya. Komite yang disponsori UNESCO menyediakan 5 juta dolar Amerika Serikat dari biaya pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat. Sisanya ditanggung Indonesia.
10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran selesai pada tahun 1984
21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan beberapa stupa pada Candi Borobudur yang kemudian segera diperbaiki kembali. Serangan dilakukan oleh kelompok Islam ekstrem yang dipimpin Habib Husein Ali Alhabsyi.
1991 - Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO.


Informasi Bangunan
Lokasi dekat Magelang, Jawa Tengah
Kota Indonesia
Koordinat -7.608, 110.20Koordinat: -7.608, 110.20

Arsitek Gunadharma
Penyelesaian 800 TM
Jenis stupa and candi




2.6 Universitas Diponegoro
Universitas Diponegoro, lebih dikenal dengan singkatan UNDIP, adalah sebuah universitas di Jawa Tengah, Indonesia yang didirikan pada tahun 1956 sebagai universitas swasta dan baru mendapat status perguruan tinggi negeri pada 1961. Kata Diponegoro diambil dari pahlawan nasional yang merupakan seorang pangeran dari Jawa Tengah yang mengobarkan semangat kemerdekaan dari tindakan kolonialisme Belanda di awal abad ke-18. Semangat ini turut menginspirasi pendirian UNDIP.


2.6.1 Fakultas
Universitas Diponegoro memiliki 10 fakultas:
Fakultas Hukum
Fakultas Ekonomi
Fakultas Kedokteran
Fakultas Teknik
Fakultas Sastra
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Fakultas Peternakan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Fakultas psikologi





2.6.2 Lokasi


Lokasi Universitas Diponegoro tersebar di beberapa lokasi di Kota Semarang dan Jepara dengan tanah seluas 2.009.862 m2 dengan perincian 7 lokasi kampus dan 1 lokasi perumahan dinas:


Kampus Pleburan Semarang (Fakultas Non Eksakta, UPT Komputer, UPT Bahasa dan UPT MKU)
Kampus Tembalang Semarang (Rektorat, Lembaga Penelitian, Lembaga Pengabdian pada Masyarakat, Lembaga Pengembangan Pendidikan, UPT Perpustakaan, UPT. Kemitraan dan Kewirausahaan, upt. Undip Press serta Fakultas Eksakta)
Kampus Jl. Dr. Soetomo dan Gunung Brintik Semarang (Fakultas Kedokteran)
Kampus Jl. Kalisari Semarang (Laboratorium Fakultas Teknik)
Kampus Jl. Ade Irma Suryani Jepara (Lab. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan)
Kampus Mlonggo Jepara (Fakultas Kedokteran)
Kampus Teluk Awur Jepara (Fakultas Ilmu Kelautan: Lab. Kelautan, Ruang Kuliah, Asrama, Perpustakaan, Rumah Dinas, Ruang Fasilitas Selam)
Perumahan Dinas Kagok Semarang



2.6.3 Sejarah
Pendirian Universitas Diponegoro dirintis mulai pertengahan tahun 1956 diawali dengan pendirian Yayasan Universitas Semarang. Adapun tokoh-tokoh yang memprakarsai berdirinya Universitas Semarang ialah Mr. Imam Bardjo, Mr. Soedarto, Mr. Dan Sulaiman dan Mr. Soesanto Kartoatmodjo.
Secara resmi Universitas Semarang dibuka pada tanggal 9 Januari 1957. Mengingat usia yang masih sangat muda dengan prasarana pendidikan yang masih sangat terbatas maka saat itu baru dapat dibuka institusi-institusi pendidikan Akademi Administrasi Negara dengan Dekan pertama Mr. Goenawan Goetomo, Akademi Tata Niaga dengan Dekan pertama Drs. Tjioe Sien Kiong, Akademi Teknik yang kemudian menjadi Fakultas Teknik dengan Dekan pertama Prof. Ir. Soemarman.
Pada upacara Dies Natalis ketiga Universitas Semarang pada tanggal 9 Januari 1960 Presiden R.I. Dr. Ir. Soekarno mengganti nama Universitas Semarang menjadi UNIVERSITAS DIPONEGORO, sebagai, penghargaan terhadap Universitas Semarang atas prestasi dalam pembinaan bidang pendidikan tinggi di Jawa Tengah. Universitas (swasta) Diponegoro dinyatakan sebagai Universitas Negeri, terhitung mulai tanggal 15 Oktober 1960. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Universitas Diponegoro. Pada waktu itu fakutas-fakutas yang telah berdiri adalah Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat; Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik dan Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan.




2.6.4 Sumber daya manusia
Saat ini, UNDIP didukung oleh sumber daya manusia yang cukup bermutu. Pada September 1998, UNDIP telah memiliki 1750 staf akademik dan 1065 staf arker tive ve. Pada akhir September 1998, jumlah mahasiswa terdaftar adalah 24.424. Rasio pengajar arker tiv mahasiswa ada di dalam angka ideal 1 : 14. Angka ini tidak termasuk dosen lepas dan paruh waktu. UNDIP menawarkan banyak jurusan. Di dalam total 10 fakultas, terdapat 21 jurusan dan 68 program studi yang relevan dengan kebutuhan komunitas di sekitar kampus. Dengan SDM yang potensial kini UNDIP berada di jajaran universitas ternama di Indonesia bahkan di tingkat dunia (versi Asiaweek dan THES UK)


Motto Wiyata Hangreksa Gapuraning Nagara
Didirikan 1957
Jenis Universitas negeri
Rektor Prof.Dr.dr. Soesilo Wibowo,MS.Med, SP And
Lokasi Semarang, Indonesia
Situs resmi www.undip.ac.id


2.7 Kawasan Wisata Belanja Malioboro



Kawasan wisata belanja malioboro merupakan pusat keramaian di tengah kota Jogja sepanjang dua kilometer dengan jajaran ark kedai souvenir kaki lima. Kawasan ini selalu padat oleh berbagai kendaraan, becak, dan sepeda. Para wisatawan tidak akan kuatir untuk dapat menikmati pula hari-hari liburannya di kota Jogja hingga larut malam sekalipun. Dapat dinikmati hidangan-hidangan di warung lesehan di sepanjang jalan malioboro. Makanan yang di sediakan dan di tawarkan dari jenis makanan khas Jogja yaitu Nasi Gudeg.
Di kawasan malioboro terdapat satu mall terbesar di kota Jogja yaitu mall malioboro, di sekitar malioboro juga terdapat berbagai macam hotel dan tempat penginapan. Di ujung jalan kawasan malioboro terdapat pasar Beringharjo, tempat warga Jogja memenuhi kebutuhan pangan dan juga bahan batik dengan harga yang sangat murah sepanjang hari. Benteng Vredeburg yang di bangun pada zaman penjajahan Belanda ini telah di renovasi, dan terdapat di ujung jalan malioboro. Benteng ini juga menyimpan banyak sejarah dari perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda. Benteng Verdeburg juga merupakan salah satu arker tive para wisatawan untuk berkunjung. Dengan disekelilingi taman yang asri dan tak jarang di adakan suatu acara resmi di sekitar pelataran arker Benteng Vredeburg.
Sebenarnya malioboro adalah jalan yang menghubungkan Monumen Tugu kepada Kerajaan Sultan. Bagi masyarakat yang tinggal di Jogja, malioboro di kenal sebagai bagian kota yang ramai karena kebayakan kegiatan ekonomi di sepanjang jalan di mana institusi pemerintahan propinsi berada. Di siang hari malioboro penuh dengan kegiatan bisnis. Kita dapat dengan mudah menemukan “andhong”, alat angkutan atau becak.












BAB III
KESIMPULAN & SARAN

3.1 Kesimpulan
Karya Wisata merupakan hal yang baik untuk siswa karena dapat meningkatkan nilai kemandirian dan pengetahuan. Karya wisata juga merupakan proses pembelajaran yang efisien karena selain siswa melakukan observasi dan penelitian terhadap objek atau lingkungan, siswa juga dapat sambil berwisata sehingga siswa tidak jenuh. Berbeda dengan proses pembelajaran yang berada didalam kelas, yang harus mengutamakan kefokusan terhadap apa yang dijelaskan oleh guru sehingga bersifat membosankan dan monoton. Penulisan karya ilmiah dari hasil karya wisata juga berguna untuk melatih siswa membiasakan menulis. Agar suatu saat nanti jika ada penulisan-penulisan karya ilmiah atau jika siswa nantinya meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi maka penulisan seperti tugas akhir dan skripsi akan menjadi mudah karena telah terbiasa menulis.

3.2 Saran
Tingkat keamanan pada saat melakukan karya wisata menurut saya agak kurang. Mungkin jika akan dilakukan karya wisata lagi, perlu ditingkatkan lagi tingkat keamanannya karena, menurut penelitian saya banyak sekali kasus kehilangan barang pada saat karya wisata dilakukan.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Id.wikipedia.com/borobudur
Id.wikipedia.com/undip
Observasi Candi Borobudur, 18 Desember 2008.
Observasi Universitas Diponegoro, 18 Desember 2008.

GLOSARIUM

Flying Fox = Permainan meluncur di tali dari suatu tempat yang paling
tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Homestay = Tempat tinggal sementara untuk berwisata. Semacam
losmen.
Joglo = Rumah adat khas Jawa yang digunakan untuk berkumpul
jika ada acara-acara penting.
Outbond = Melakukan permainan di alam bebas.
Tracking = Menyelusuri; Menjelajahi.

No comments:

Post a Comment