Kembali Ke 1994 Saat Inflasi Melebihi Suku Bunga
Bank sentral emerging market berisiko memicu sell-off “1994 style” di obligasi global paling cepat tahun depan jika mereka masih mengetatkan kebijakan moneter ketika the Fed mulai menaikkan suku bunga.
Itu adalah peringatan JPMorgan Chase &Co. kepala pakar ekonomi Bruce Kasman, yang menghitung bahwa bahkan dengan peningkatkan terbaru, suku bunga benchmark di negara berkembang tetap sekitar 200 basis poin di bawah rata-rata 2008 dan, disesuaikan untuk inflasi, akan berakhir tahun ini mendekati resesi terendahnya. Level inflasi pokok juga bergerak tinggi, katanya.
Keengganan untuk bertindak lebih cepat berarti bank sentral ekonomi tersebut pada akhirnya akan gagal untuk menahan inflasi sementara menjauhkannya keluar, meninggalkan mereka dan the Fed memperketat kebijakan moneter pada saat yang sama, kata Kasman. Kecemasannya adalah bahwa perubahan terus menerus akan membawa pasar keuangan untuk kembali ke tahun 1994, dimana investor pertama kali meragukan keberanian perlawanan inflasi the Fed, hanya untuk obligasi untuk merosot lebih dari 3 persen seiring pembuat kebijakan hampir menggandakan dana federal.
“Terdapat resep untuk gangguan dinamika pasar jika penyesuaian kebijakan harus mengumpulkan tenaga dengan cara sinkronisasi,” kata Kasman, mantan pejabat the Fed New York yang memantau riset ekonomi di bank terbesar kedua di AS berdasarkan asetnya. Skenario seperti itu dapat berkembang di 12 hingga 36 bulan dan akan “berdampak pada risiko aset. Obligasi akan terbunuh,” katanya.
‘Di Balik Kurva”
Bank sentral dari emerging dan developed markets bertemu hari ini di Basel, Swiss, untuk pembicaraan di Bank for International Settlements. Mereka bersidang empat hari setelah Presiden ECB Jean-Claude Trichet mengejutkan investor dengan berkata peningkatan suku bunga di zona euro adalah “mungkin” bulan depan, mendorong obligasi dua tahun Jerman ke penurunan mingguan keduanya.
Obligasi emerging market mulai melemah dan akan terus begitu diantara spekulasi bahwa bank sentral mereka “tampak jatuh di belakang kurva” dalam mengalahkan inflasi, Stephen Jen, direktur manajer di BlueGold Capital Management LLP, mengatakan kepada konferensi London pada 28 Februari. Sekuritas tersebut telah kehilangan sekitar 1.2 persen sejak pertengahan Oktober dalam hal dolar, menurut Indeks JPMorgan Chase GBI-EM.
Walau ia meragukan negara berkembang kehilangan kontrol inflasi, Jim O’Neill, kepala Goldman Sachs Asset Management, berkata yield 10 tahun obligasi Treasury AS dapat “secara cepat” mencapai 5 persen jika pertumbuhan global di biarkan untuk naik lebih cepat dari yang diantisipasikan, memaksa the Fed untuk memulai kebijakan normalisasi. Suku bunga sekuritas benchmark AS berada pada 3.49 persen pada 4 Maret.
Kecemasan Terbesar
“Hal terbesar yang saya cemaskan adalah sell-off besar di obligasi seperti 1994,” kata O’Neill, yang membantu mengurus $840 miliar. “Situasi paling ideal adalah negara maju kembali menguat seiring negara berkembang melemah, tetapi hal yang dapat terjadi adalah AS dan negara lain menguat, mereka memberi negara berkembang dasar pertumbuhan berikutnya.”
Prediksi konsensus tetap turun di obligasi AS, dengan yield obligasi 10 tahun meningkat ke 4.25 persen di kuartal kedua tahun depan, menurut prediksi mediand ari 53 pakar ekonomi yang di survei oleh Bloomberg News. Bill Gross, yang menjalankan dana obligasi terbesar dunia yaitu PIMCO, berkata di Januari bahwa walau ia mengantisipasi berakhirnya bull market di obligasi, tidak akan adanya bear market kuat. Gross telah memotong kepemilikan hutang terkait pemerintah ke level terendah dalam dua tahun.
Biaya Makanan dan Minyak
Kenaikan terakhir di harga makanan dan minyak juga berarti bank sentral Rusia, India, Cina dan brazil segera akan menaikkan suku bunga, kata Scott Minerd, kepala investment officer di Guggenheim Partners LLC di New York. Ia menekankan Cina adalah negara terbesar kedua yang mengkonsumsi minyak mentah, yang saat ini diperdagangkan di atas $100 per barel. Harga makanan global mencapai rekor di Februari, menurut FAO.
Ekonomi BRIC “harus mengambil langkah kebijakan dramatsi untuk meredakan pasar yang panas dan melawan inflasi,” kata Minerd di data 1 Maret. ”Kebijakan moneter yang membatasi akan membawa ke pelambatan ekonomi” di negera berkembang.
Walaupun begitu, sementara 17 dari 21 emerging countries yang dipantau oleh tim Kasman, menaikkan suku bunga – dengan Brazil melakukannya minggu lalu – ia berkata ia cemas mereka tidak bertindak cukup cepat. Ia memperkirakan rata-rata suku bunga untuk ekonomi ini, membebani GDP, akan mengakhiri tahun hampir sepersen poin di bawah level Agustus 2007 sebesar 7.1 persen, bahkan dengan inflasi dan pertumbuhan mencapair ata-rata sekitar 6 persen.
Kecemasan Pertumbuhan
Negara ini saat ini berada di “belakang kurva” karena mereka cemas suku bunga tinggi akan menahan perkembagnan diantara pelemahan dan risiko geopolitik luar negeri, kata Michala Marcussen, kepala ekonomi global di Societe Generale SA di London. Bahkan suku bunga tinggi relatif ke ekonomi maju juga berisiko memancing kapital spekulatif dan mendorong naik mata uang ke kerugian ekspor, katanya.
Contoh kasus: Sementara Cina, ekonomi dengan pertumbuhan tercepat, telah menaikkan suku bunga deposit satu tahun tiga kali sejak pertengahan Oktober ke 3 persen, penguatan consumer price tetap hampir 2 persen poin lebih tinggi. Itu memberi penyimpan insentif untuk membeli barang dan aset, berarti kebijakan moneter tetap stimulatif dibanding membatasi. Pada saat yang sama, Cina membatasi penguatan yuan terhadap dolar, mendukung ekspor.
Suku Bunga Negatif
Di Morgan Stanley london, pakar ekonomi Manoj Pradhan Memperkirakan pembebanan rata-rata suku bunga global akan naik hanya 70 basis poin menjadi 3.5 persen tahun ini seiring the Fed dan Bank of Japan mejaga suku bunga tetap rendah. Menghitung inflasi, suku bunga global rilli hanya akan satu inch di atas nol, hanya di kuartal akhir, ia menghitung.
That leaves central banks in developing nations with a small window to ensure price pressures don’t “get away from them,” requiring them to intensify their policy tightening, he said. For now, they’re trying to preserve growth and stabilize, rather than slash, inflation, which may mean “they tolerate inflation too much and have to speed up the interest-rate process later,” Pradhan said.
Itu meninggalkan bank sentral di negara berkembang dengan jendela kecul untuk meyakinkan tekanan harga tidak ”pergi,” itu membutuhkan mereka untuk memperketat pengetatan kebijakan, katanya. Untuk saat ini, mereka mencoba untuk menjaga pertumbuhan dan menstabilisasi, dibanding memotong, inflasi, yang akan berarti “mereka mentoleransi inflasi terlalu banyak dan harus mempercepat proses suku bunga di kemudian waktu,” kata Pradhan.
Mereka juga dapat menciptakan masalah melampaui batas mereka. Pasar berkembang lebih goyah dalam kekuatan harga global saat ini dibanding 1994 karena saham dari GDP dunia hampir berlipat ganda ke hampir tiga kali, menurut data IMF.
Mengekspor Inflasi
Pada saat yang sama, Cina menjadi “pengekspor inflasi” dibanding deflasi seiring biaya tenaga kerja meningkat, David Woo, kepala suku bunga global dan riset mata uang di Bank of America Merrill Lynch di New York, berkata pada Bloomberg Television 1 Maret. Biaya barang impor AS dari Cina menguat 0.3 persen di januari, menurut Departemen Tenaga Kerja.
Pembuat kebijakan internasional kemungkinan akan berakhir mendorong suku bunga di lock step dibanding sejalan dengan permintaan siklus ekonomi negaranya sendiri, memaksa pemulihan global denganc ara membatasi cakupan untuk negara untuk memperkuat pertumbuhan melalui ekspor, kata Piero Ghezzi, kepala ekonomi global, emerging markets dan riset mata uang di Barclays Capital di London. Koleganya memeprediksi the Fed akan mulai menaikkan suku bunga dari hampir mendekati nol di Agustus 2012.
Pergerakan Terus-Menerus
Pembuat kebijakan tidak terburu-buru untuk mengetatkan saat ini karena mereka saat ini menghargai kestabilan keuangan melebihi kestabilan harga, kata Thomas Mayer, kepala pakar ekonomi di Deutsche Bank AG. Ia memproyeksi inflasi global segera tercapai setinggi 6 persen, dengan emerging markets mendekati 10 persen. Terakhir kali dunia mengalaim tekanan seperti itu adalah di tahun 2008, ketika mereka digagalkan hanya karena krisis kredit dan resesi, katanya.
Kali ini, bank sentral akan membiarkan inflasi, kata Mayer. Namun mereka akan mencoba untuk menutup yield obligasi jangka panjang dengan menjamin untuk menjaga suku bunga rendah, mencegah pengulangan tahun 1994, katanya. Ia menekankan bahwa bahkan dengan inflasi Inggris pada 4 persen di Januari, yield obligasi pemerintah 10 tahun sekitar 3.6 persen minggu lalu.
Pada tahun 1994, the Fed menaikkan suku bunga tiga kali, dengan langkah masing-masing sebesar 25 basis poin.Pembuat kebijakan lalu melakukan kebijakan kenaikan dua setengah poin sebelum kenaikan 75 basis poin yang membawanya ke level suku bunga 5.5 persen pada akhir tahun.
Obligasi melemah 3.3 persen, menurut data dari Bank of America Merrill Lynch, dan kerugian kapital global mencapai $1.5 triliun di tahun tersebut. Transisi ke suku bunga tinggi menjadi alasan atau pemicu krisis mata uang Meksiko dan kebangkrutan Orange County California. Pertumbuhan AS melambat ke 0.9 persen di kuartal kedua tahun 1995 dari 5.6 persen tahun sebelumnya.(BA)
No comments:
Post a Comment